Selasa, 28 Oktober 2014

Pertama Kali Membaca Al-Quran, Mary Merasa Takut dan Gemetar

Pertama Kali Membaca Al-Quran, Mary Merasa Takut dan Gemetar
dakwatuna.com – Jakarta.  Mary lahir di Oklahoma, Amerika Serikat. Ia dibesarkan dalam keluarga Kristen yang taat. “Ibu saya selalu menjaga saya dari hal buruk. Keluarga kami setidaknya tiga kali mengunjungi gereja,” kata dia seperti dilansir Onislam, Senin (27/10/14). Mary mengaku bangga dengan keluarganya yang mempraktekkan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari. “Kami diajarkan tidak mengkonsumsi alkohol, rokok, atau narkoba. Tidak dibolehkan mengumpat apalagi melakukan seks bebas,” kenangnya. Mary sendiri hampir halal seluruh isi Alkitab. Ia juga aktif mengisi kegiatan gereja, seperti menjadi anggota paduan suara, bermain organ dan lainnya. Pertemuan Mary dengan Islam terjadi ketika bertemu dengan mahasiswa Muslim. Usia Mary saat itu 49 tahun. Ia pun masih menjadi pelayan gereja yang aktif. Di luar pertemuan itu, Mary memang senang membaca, utamanya terkait masalah Ketuhanan. Ketertarikan membaca literatur Islam inilah, yang akhirnya membawa Mary menemukan kebenaran Islam. “Sejak kecil saya tidak pernah membaca buku-buku Islam,” kata dia. Lulus SMA, kabar tidak mengenakan datang dari kedua orang tuanya. Mary begitu sedih lantaran kedua orang tuanya bercerai. Untuk menghindari hal negatif karena emosinya yang labil, Mary memilih untuk bekerja dan menikah. Namun, usia pernikahannya tidak lama. Di perceraian keduanya, teman dan kolega Mary mendorongnya untuk mengikuti tes beasiswa di Universitas Tusla. Ketika membaca sebuah buku di perpustakaan, ia menemukan sosok Muhammad. Lalu, ia mendapati ajaran Nabi Muhammad SAW yang diketahuinya bernama Islam. “Buku itu menulisnya bukan Islam tapi Muhammadisme. Saya tidak tahu memang kalau nama agama yang dibawa Rasulullah itu Islam,” kata dia. Suatu hari, ketika ia berada di kampus, ia bertemu dengan mahasiswa Muslim asal Malaysia. Rasa kagum muncul dalam benak Mary ketika bertemu dengan mereka. “Saya berpikir, agama yang mereka peluk sepertinya begitu indah. Ini bisa dilihat dari cara hidup mereka,” ucap dia. Rasa kagum itu menjadi ketika diantara mahasiswa asal Malaysia itu ada yang mengenakan hijab. Awalnya, kekaguman Mary hanya sebatas gaya berbusana. Mary belum tahu bahwa hijab itu merupakan  cara Allah melindungi Muslimah. Selama bertahun-tahun, Mary bermasalah dengan sakit di kepalanya. Ketika sakitnya kambuh, ia merasa sedih karena tidak ada seorang pun yang mau membantunya. Mary selalu berdoa agar penyakitnya hilang. Ia baca Alkitab, tapi tetap saja rasa sakitnya tidak hilang. Suatu hari, ia bertemu dengan Amina, salah seorang Mahasiswi Muslimah berhijab dari Malaysia. Amina meminta Mary membantunya untuk mengajari menulis bahasa Inggris. Amina lalu mengajak kedua temannya Saif (Yaman), Tariq dan Khalid (Oman), dan Yousif (Uni Emirat Arab). Saat mengajari mereka menulis bahasa Inggris, lagi-lagi muncul rasa kagum dalam diri Mary. “Mereka memiliki sopan santun. Mereka seperti dekat padahal berbeda negara,” ucapnya. Mary pun bertanya soal agama yang dianut mereka. Lalu salah seorang dari mereka memberikan Mary Al-quran terjemahan bahasa Inggris. Ketika Mary hendak membacanya, Saif meminta Mary untuk mencuci tangan terlebih dahulu. Kemudian Mary diminta menyebut nama Allah sebelum membaca Al-quran. “Saat membacanya jujur, saya takut dan gemetar,” kata dia. Mary mengaku terkejut ketika membaca Al-quran. Berulang kali, Al-quran menyebut kata Yesus (Isa). Dikatakan Al-quran, Yesus itu manusia biasa yang dipilih menjadi Nabi. Bukan anak Allah yang sering ia ketahui ketika membaca Alkitab. “Saya biasa diajarkan Yesus itu anak Allah dan ia datang ke bumi untuk menembus dosa manusia,” kenang dia. Mary yang gundah merasa tidak sabar meminta keterangan anak didiknya yang Muslim. Ketika berada di apartemen, Mary pun memutuskan memeluk Islam. Usai bersyahadat ia lakukan sujud syukur ke arah kiblat, meski sebenarnya Mary tidak tahu dimana Mekah itu berada. “Saya berdoa. Ya Allah. Kau tahu saya lebih baik dari saya sendiri. Kau tahu dosa saya. Kau tahu saya telah mencari kebenaran sepanjang hidup saya. Kau tahu, saya mempelajari Islam,” kenang Mary. “Saya selalu menyebut nama-Mu selama bertahun-tahun, namun saya baru tahu nama Engkau adalah Allah. Saya mencoba menyembah-Mu namun dengan cara yang salah. Tapi saya tidak ingin masuk neraka karena tidak percaya Yesus seorang Nabi, saya tidak ingin masuk neraka karena tidak menyembah-Mu dengan cara yang benar. Saya ingin masuk surga ketika maut menjemput,” doa Mary. “Tapi saya percaya Islam adalah kebenaran. Engkau, adalah Tuhan yang pantas disembah. Engkau tidak memiliki anak. Engkau utus kekasih-Mu Muhammad SAW untuk membawa saya menyembah-Mu dengan cara yang benar. Ya Allah, saya takut kepada-Mu. Tapi saya percaya, Engkau Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun,” tambahnya. Selesai berdoa, Mary merasa damai. Begitu damai hingga ia tertidur. Saat bangun, mary merasa terkejut. Tidak ada lagi sakit kepala. Ia pun berterima kasih kepada yang Maha Kuasa atas kesembuhan itu. Sejak itu, Mary mulai menutupi tubuhnya dengan pakaian yang sopan. Ia kenakan hijab. Agar merasa mantap, ia meminta anak didiknya membimbingnya menjadi Muslim dengan cara yang benar. “Lalu saya dengan terbata-bata mengucapkan dua kalimat syahadat,” kata dia. Usai mengucapkan syahadat, Mary didatangi banyak mahasiswa Muslim. Mereka bawa makanan, pakaian dan Al-quran. “Ya Allah, terima kasih telah membuka hati dan pikiran saya untuk Islam. Terima kasih ya Allah telah mendatangkan saya seseorang yang mengenal Islam dengan baik. Maafkan saya atas kesalahan di masa lalu. Ya Allah, bantu saya dan umat Islam untuk terus mencintai Engkau, mencintai Rasulullah, mencintai Al-quran, dan selalu menyebarkan pesan damai kepada orang lain, amin,” kata Mary. (ROL/sbb/dakwatuna) Al-Quranhijabmualafrasulullah Kunjungi situs

8 TEMPAT TINGGAL JIN







SEPERTI layaknya manusia, jin pun memiliki tempat untuk ia tinggal. Hanya saja, terkadang kita tak meyadari akan hal itu. Kebanyakan orang berpikir bahwa jin hanyalah tinggal di pohon-pohon yang besar. Padahal, tidak demikian adanya. Jin juga memiliki berbaga tempat yang berbeda yang dapat ia jadikan tempat tinggal. Di mana sajakah itu?

1. Di rumah-rumah

Dari Sa’id Al Khudri dikatakan Rasulullah SAW bersabda, “Di dalam rumah terdapat penghuni-penghuni (jin) maka jika kamu melihat sesuatu (yang aneh) maka usirlah ia 3X kalau ia pergi maka biarkanlah, tapi jika ia membandel (tidak mau pergi) maka bunuhlah, sebab ia pasti jin kafir,” (HR. Muslim).

“Rasulullah SAW bersabda, “Tidak ada satu rumah orang muslim pun kecuali di atap rumahnya terdapat jin muslim. Apabila ia menghidangkan makanan pagi, mereka (jin) pun ikut makan pagi bersama mereka. Apabila makan sore dihidangkan, mereka (jin) juga ikut makan sore bersama orang-orang muslim. Hanya saja, Allah menjaga dan menghalangi orang-orang muslim itu dari gangguan jin-jin tersebut,” (HR. Abu Bakar dalam Kitab Fathul Bari oleh Ibnu Hajar Atsqolani).

2. Di jamban/WC

Dari Zaid bin Arqam, Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya jamban-jamban (WC) itu dihuni oleh Jin,” (HR. Abu Dawud, Nasa’i, Ibnu Majah dan Ahmad).

3. Di lubang-lubang

Dari Abdullah bin Sarjas, Rasulullah SAW bersabda, “Janganlah seseorang di antara kalian kencing di lubang,” Mereka bertanya kepada Qatadah, “Mengapa tidak boleh kencing di lobang?” Qatadah menjawab, “Rasulullah SAW mengatakan karena lubang itu adalah tempat tinggalnya golongan jin,” (HR. Nasai dan Ahmad).

Telah menceritakan kepada kami Ubaidullah bin Umar bin Maisarah telah menceritakan kepada kami Mu’adz bin Hisyam telah menceritakan kepada saya ayahku dari Qatadah dari Abdullah bin Sarjis bahwasanya Rasulullah SAW melarang kencing di lubang. Mereka bertanya kepada Qatadah, “Apa yang membuat kencing di lubang dilarang?” Dia menjawab, “Dikatakan bahwa ia adalah tempat tinggal jin,” (HR. Abu Daud No. 27 dan Imam Ahmad No. 19847). Nashiruddin Al-Albani mengatakan hadits ini dla’if namun Ibnu Hajar Asqolani, Yahya bin Ma’in, Al-Ajli dan Ibnu Hibban mengatakan semua perawinya tsiqoh tsabat.

4. Di padang pasir dan goa

Dari Ibnu Mas’ud ra. berkata, “Suatu hari kami (para sahabat) berkumpul bersama Rasulullah SAW tiba-tiba kami kehilangan beliau, lalu kami cari-cari di lembah-lembah dan kampung-kampung (akan tetapi kami tidak mendapatkannya). Kami lalu berkata, “Rasulullah SAW telah diculik dan disandera.” Pada malam itu, tidur kami betul-betul tidak menyenangkan. Ketika pagi hari tiba, tampak Rasulullah SAW sedang bergegas menuju kami dari arah sebuah gua yang berada di tengah padang pasir. Kami lalu berkata, “Ya Rasulullah, malam tadi kami betul-betul kehilangan engkau, lalu kami cari-cari kesana kemari akan tetapi kami tidak menemukan engkau. Lalu kami tidur dengan sangat tidak menyenangkan.” Rasulullah SAW kemudian bersabda, “Malam tadi saya didatangi oleh utusan dari kelompok Jin, ia membawa saya pergi menemui kaumnya untuk mengajarkan al-Qur’an,” (HR. Muslim).

Sahl bin Abdullah telah menceritakan ketika aku berada di salah satu kawasan tempat kaum ‘Ad tiba-tiba aku melihat suatu kota yang terbuat dari batu yang dilubangi. Di lubang batu itu yakni di tengahnya terdapat sebuah gedung yang dijadikan tempat tinggal para jin. Lalu aku memasukinya, maka tiba-tiba aku bertemu seorang yang sudah tua dan sangat besar tubuhnya sedang mengerjakan shalat. Orang tua itu memakai jubah dari bulu yang dianyam dengan sangat indahnya (Imam Ibnu Jauzi dalam Kitab Shafwatush Shafwah).

5. DI dalam air

Dari Jabir Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya iblis memiliki singgasana di atas air,” (HR. Muslim dan Ahmad, shahih menurut Imam Suyuthi).

6. Di pasar

“Janganlah kalian menjadi orang yang pertama kali masuk ke pasar atau menjadi orang yang paling akhir keluar dari pasar, karena pasar itu merupakan tempat berseterunya para syaithan. Dan di pasarlah syaithan menancapkan benderanya,” (HR. Muslim).

7. Di kandang unta

Rasulullah SAW bersabda, “Janganlah kalian shalat di kandang-kandang unta karena di sana terdapat syaithan, shalatlah di kandang domba karena dia itu membawa berkah,” (HR. Muslim, Abu Dawud dan Ibnu Majah).

8. Di masjid juga ada jin

Sering kita dengar cerita bahwa orang yang melihat jin berada di dalam masjid melaksanakan shalat, atau orang yang tidur di depan mihrab kemudian terbangun dalam keadaan berada di dalam bedug atau di atas pohon (karena dipindahkan oleh jin). Maka hal itu mungkin saja karena jin-jin memang juga berada di masjid, terutama jin yang muslim mereka juga ada yang tinggal di masjid dan melaksanakan shalat di masjid.

Dari Abu Shalih dari Ibnu Abbas ra. berkata bahwa jin telah berkata kepada Rasulullah SAW, “Wahai Rasulullah ijinkahlah kami (para jin) untuk ikut melakukan shalat secara berjamaah bersamamu di masjid mu.” Maka Allah menurunkan firmanNya, “Dan sesungguhnya masjid-masjid itu kepunyaan Allah, dan janganlah kalian menyembah seorangpun di dalamnya di samping menyembah Allah,” (QS. Jinn [72]: 18). (HR. Ibnu Abi Hatim dalam Tafsir Jalalain Jilid IV
M

Jumat, 24 Oktober 2014

Tersenyumlah dengan hatimu

Tersenyumlah Dengan Hatimu, Dan Kau Akan Mengetahui Betapa Dahsyat Dampak Yang Ditimbulkan Oleh Senyummu Kisah ini di kirim oleh Mahasiswa asal Indonesia yang bemukim di Jerman, demikian layak untuk dibaca dan direnungkan.   Saya adalah ibu dari tiga orang anak dan baru saja menyelesaikan kuliah saya. Kelas terakhir yang harus saya ambil adalah Sosiologi. Sang Dosen sangat inspiratif, dengan kualitas yang saya harapkan setiap orang memilikinya.   Tugas terakhir yang diberikan ke para siswanya diberi nama "Smiling". Seluruh siswa diminta untuk pergi ke luar dan memberikan senyumnya kepada tiga orang asing yang ditemuinya dan mendokumentasikan reaksi mereka. Setelah itu setiap siswa diminta untuk mempresentasikan didepan kelas. Saya adalah seorang yang periang, mudah bersahabat dan selalu tersenyum pada setiap orang. Jadi, saya pikir,tugas ini sangatlah mudah. Setelah menerima tugas tersebut, saya bergegas menemui suami saya dan anak bungsu saya yang menunggu di taman di halaman kampus, untuk pergi kerestoran McDonald's yang berada disekitar kampus.   Pagi itu udaranya sangat dingin dan kering. Sewaktu suami saya akan masuk dalam antrian, saya menyela dan meminta agar dia saja yang menemani si bungsu sambil mencari tempat duduk yang masih kosong. Ketika saya sedang dalam antrian, menunggu untuk dilayani, mendadak setiap orang di sekitar kami bergerak menyingkir, dan bahkan orang yang semula antri dibelakang saya ikut menyingkir keluar dari antrian. Suatu perasaan panik menguasai diri saya, ketika berbalik dan melihat mengapa mereka semua pada menyingkir ? Saat berbalik itulah saya membaui suatu "bau badan kotor" yang cukup menyengat, ternyata tepat di belakang saya, berdiri dua orang lelaki tunawisma yang sangat dekil!   Saya bingung, dan tidak mampu bergerak sama sekali. Ketika saya menunduk, tanpa sengaja mata saya menatap laki-laki yang lebih pendek, yang berdiri lebih dekat dengan saya, dan ia sedang "tersenyum" kearah saya. Lelaki ini bermata biru, sorot matanya tajam, tapi juga memancarkan kasih sayang. Ia menatap kearah saya, seolah ia meminta agar saya dapat menerima 'kehadirannya' ditempat itu. Ia menyapa "Good day" sambil tetap tersenyum dan sembari menghitung beberapa koin yang disiapkan untuk membayar makanan yang akan dipesan. Secara spontan saya membalas senyumnya, dan seketika teringat oleh saya 'tugas' yang diberikan oleh dosen. Lelaki kedua sedang memainkan tangannya dengan gerakan aneh berdiri di belakang temannya. Saya segera menyadari bahwa lelaki kedua itu menderita defisiensi mental, dan lelaki dengan mata biru itu adalah "penolong"nya.   Saya merasa sangat prihatin setelah mengetahui bahwa ternyata dalam antrian itu kini hanya tinggal saya bersama mereka,dan kami bertiga tiba-tiba saja sudah sampai didepan counter. Ketika wanita muda di counter menanyakan kepada saya apa yang ingin saya pesan, saya persilahkan kedua lelaki ini untuk memesan duluan. Lelaki bermata biru segera memesan "Kopi saja, satu cangkir Nona."   Ternyata dari koin yang terkumpul hanya itulah yang mampu dibeli oleh mereka (sudah menjadi aturan direstoran disini, jika ingin duduk di dalam restoran dan menghangatkan tubuh, maka orang harus membeli sesuatu). Dan tampaknya kedua orang ini hanya ingin menghangatkan badan.   Tiba-tiba saja saya diserang oleh rasa iba yang membuat saya sempat terpaku beberapa saat, sambil mata saya mengikuti langkah mereka mencari tempat duduk yang jauh terpisah dari tamu-tamu lainnya, yang hampir semuanya sedang mengamati mereka. Pada saat yang bersamaan, saya baru menyadari bahwa saat itu semua mata di restoran itu juga sedang tertuju ke diri saya, dan pasti juga melihat semua 'tindakan' saya.   Saya baru tersadar setelah petugas di counter itu menyapa saya untuk ketiga kalinya menanyakan apa yang ingin saya pesan. Saya tersenyum dan minta diberikan dua paket makan pagi (diluar pesanan saya) dalam nampan terpisah.   Setelah membayar semua pesanan, saya minta bantuan petugas lain yang ada di counter itu untuk mengantarkan nampan pesanan saya ke meja tempat duduk suami dan anak saya. Sementara saya membawa nampan lainnya berjalan melingkari sudut kearah meja yang telah dipilih kedua lelaki itu untuk beristirahat. Saya letakkan nampan berisi makanan itu di atas mejanya, dan meletakkan tangan saya di atas punggung telapak tangan dingin lelaki bemata biru itu, sambil saya berucap "makanan ini telah saya pesan untuk kalian berdua."   Kembali mata biru itu menatap dalam kearah saya, kini mata itu mulai basah berkaca-kaca dan dia hanya mampu berkata "Terima kasih banyak, nyonya."   Saya mencoba tetap menguasai diri saya, sambil menepuk bahunya saya berkata "Sesungguhnya bukan saya yang melakukan ini untuk kalian, Tuhan juga berada di sekitar sini dan telah membisikkan sesuatu ketelinga saya untuk menyampaikan makanan ini kepada kalian."   Mendengar ucapan saya, si Mata Biru tidak kuasa menahan haru dan memeluk lelaki kedua sambil terisak- isak. Saat itu ingin sekali saya merengkuh kedua lelaki itu. Saya sudah tidak dapat menahan tangis ketika saya berjalan meninggalkan mereka dan bergabung dengan suami dan anak saya, yang tidak jauh dari tempat duduk mereka.   Ketika saya duduk suami saya mencoba meredakan tangis saya sambil tersenyum dan berkata "Sekarang saya tahu, kenapa Tuhan mengirimkan dirimu menjadi istriku, yang pasti, untuk memberikan 'keteduhan' bagi diriku dan anak-anakku! "   Kami saling berpegangan tangan beberapa saat dan saat itu kami benar-benar bersyukur dan menyadari,bahwa hanya karena 'bisikanNYA' lah kami telah mampu memanfaatkan 'kesempatan' untuk dapat berbuat sesuatu bagi orang lain yang sedang sangat membutuhkan. Ketika kami sedang menyantap makanan, dimulai dari tamu yang akan meninggalkan restoran dan disusul oleh beberapa tamu lainnya, mereka satu persatu menghampiri meja kami, untuk sekedar ingin 'berjabat tangan' dengan kami.   Salah satu diantaranya, seorang bapak, memegangi tangan saya, dan berucap "Tanganmu ini telah memberikan pelajaran yang mahal bagi kami semua yang berada disini, jika suatu saat saya diberi kesempatan olehNYA, saya akan lakukan seperti yang telah kamu contohkan tadi kepada kami."   Saya hanya bisa berucap "terimakasih" sambil tersenyum. Sebelum beranjak meninggalkan restoran, saya sempatkan untuk melihat kearah kedua lelaki itu, dan seolah ada 'magnit' yang menghubungkan bathin kami, mereka langsung menoleh kearah kami sambil tersenyum, lalu melambai-lambaikkan tangannya kearah kami.   Dalam perjalanan pulang saya merenungkan kembali apa yang telah saya lakukan terhadap kedua orang tunawisma tadi, itu benar-benar 'tindakan' yang tidak pernah terpikir oleh saya. Pengalaman hari itu menunjukkan kepada saya betapa 'kasih sayang' Tuhan itu sangat HANGAT dan INDAH sekali!   Saya kembali ke kampus, pada hari terakhir kuliah dengan 'cerita' ini ditangan saya. Saya menyerahkan 'paper' saya kepada dosen. Dan keesokan harinya, sebelum memulai kuliahnya saya dipanggil dosen ke depan kelas, ia melihat kepada saya dan berkata, "Bolehkah saya membagikan ceritamu ini kepada yang lain?" dengan senang hati saya mengiyakan.   Ketika akan memulai kuliahnya dia meminta perhatian dari kelas untuk membacakan paper saya. Ia mulai membaca, para siswapun mendengarkan dengan seksama cerita sang dosen, dan ruangan kuliah menjadi sunyi. Dengan cara dan gaya yang dimiliki sang dosen dalam membawakan ceritanya membuat para siswa yang hadir di ruang kuliah itu seolah ikut melihat bagaimana sesungguhnya kejadian itu berlangsung, sehingga para siswi yang duduk di deretan belakang didekat saya diantaranya datang memeluk saya untuk mengungkapkan perasaan harunya.   Diakhir pembacaan paper tersebut, sang dosen sengaja menutup ceritanya dengan mengutip salah satu kalimat yang saya tulis diakhir paper. "Tersenyumlah dengan 'HATImu', dan kau akan mengetahui betapa 'dahsyat' dampak yang ditimbulkan oleh senyummu itu."   Dengan caraNYA sendiri, Tuhan telah 'menggunakan' diri saya untuk menyentuh orang-orang yang ada di McDonald's, suamiku, anakku, guruku, dan setiap siswa yang menghadiri kuliah di malam terakhir saya sebagai mahasiswi. Saya lulus dengan 1 pelajaran terbesar yang tidak pernah saya dapatkan di bangku kuliah manapun, yaitu: "PENERIMAAN TANPA SYARAT." Ubah ukuran huruf:

 RUQYAH ANAK PONDOK TAHFIDZ