Kamis, 10 November 2022

TATA CARA RUQYAH YANG BENAR

TATA CARA RUQYAH YANG BENAR

Ruqyah bukan pengobatan alternatif. Justru seharusnya menjadi pilihan pertama pengobatan tatkala seorang muslim tertimpa penyakit. Sebagai sarana penyembuhan, ruqyah tidak boleh diremehkan keberadaannya.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan: “Sesungguhnya meruqyah termasuk amalan yang utama. Meruqyah termasuk kebiasaan para nabi dan orang-orang shalih. Para nabi dan orang shalih senantiasa menangkis setan-setan dari anak Adam dengan apa yang diperintahkan Allah dan RasulNya”. [1]

Karena demikian pentingnya penyembuhan dengan ruqyah ini, maka setiap kaum Muslimin semestinya mengetahui tata cara yang benar, agar saat melakukan ruqyah tidak menyimpang dari kaidah syar’i.

Tata cara meruqyah adalah sebagai berikut:

1. Keyakinan bahwa kesembuhan datang hanya dari Allah.

2. Ruqyah harus dengan Al Qur’an, hadits atau dengan nama dan sifat Allah, dengan bahasa Arab atau bahasa yang dapat dipahami.

3. Mengikhlaskan niat dan menghadapkan diri kepada Allah saat membaca dan berdoa.

4. Membaca Surat Al Fatihah dan meniup anggota tubuh yang sakit. Demikian juga membaca surat Al Falaq, An Naas, Al Ikhlash, Al Kafirun. Dan seluruh Al Qur’an, pada dasarnya dapat digunakan untuk meruqyah. Akan tetapi ayat-ayat yang disebutkan dalil-dalilnya, tentu akan lebih berpengaruh.

5. Menghayati makna yang terkandung dalam bacaan Al Qur’an dan doa yang sedang dibaca.

6. Orang yang meruqyah hendaknya memperdengarkan bacaan ruqyahnya, baik yang berupa ayat Al Qur’an maupun doa-doa dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Supaya penderita belajar dan merasa nyaman bahwa ruqyah yang dibacakan sesuai dengan syariat.

7. Meniup pada tubuh orang yang sakit di tengah-tengah pembacaan ruqyah. Masalah ini, menurut Syaikh Al Utsaimin mengandung kelonggaran. Caranya, dengan tiupan yang lembut tanpa keluar air ludah. ‘Aisyah pernah ditanya tentang tiupan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam meruqyah. Ia menjawab: “Seperti tiupan orang yang makan kismis, tidak ada air ludahnya (yang keluar)”. (HR Muslim, kitab As Salam, 14/182). Atau tiupan tersebut disertai keluarnya sedikit air ludah sebagaimana dijelaskan dalam hadits ‘Alaqah bin Shahhar As Salithi, tatkala ia meruqyah seseorang yang gila, ia mengatakan: “Maka aku membacakan Al Fatihah padanya selama tiga hari, pagi dan sore. Setiap kali aku menyelesaikannya, aku kumpulkan air liurku dan aku ludahkan. Dia seolah-olah lepas dari sebuah ikatan”. [HR Abu Dawud, 4/3901 dan Al Fathu Ar Rabbani, 17/184].

8. Jika meniupkan ke dalam media yang berisi air atau lainnya, tidak masalah. Untuk media yang paling baik ditiup adalah minyak zaitun. Disebutkan dalam hadits Malik bin Rabi’ah, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

كُلُوْا الزَيْتَ وَ ادَّهِنُوا بِهِ فَإنَهُ مِنْ شَجَرَةٍ مُبَارَكَة

“Makanlah minyak zaitun , dan olesi tubuh dengannya. Sebab ia berasal dari tumbuhan yang penuh berkah”.[2]

9. Mengusap orang yang sakit dengan tangan kanan. Ini berdasarkan hadits ‘Aisyah, ia berkata: “Rasulullah, tatkala dihadapkan pada seseorang yang mengeluh kesakitan, Beliau mengusapnya dengan tangan kanan…”. [HR Muslim, Syarah An Nawawi (14/180].

Imam An Nawawi berkata: “Dalam hadits ini terdapat anjuran untuk mengusap orang yang sakit dengan tangan kanan dan mendoakannya. Banyak riwayat yang shahih tentang itu yang telah aku himpun dalam kitab Al Adzkar”. Dan menurut Syaikh Al ‘Utsaimin berkata, tindakan yang dilakukan sebagian orang saat meruqyah dengan memegangi telapak tangan orang yang sakit atau anggota tubuh tertentu untuk dibacakan kepadanya, (maka) tidak ada dasarnya sama sekali.

10. Bagi orang yang meruqyah diri sendiri, letakkan tangan di tempat yang dikeluhkan seraya mengatakan بِسْمِ الله (Bismillah, 3 kali).

أعُوذُ بِالله وَ قُدْرَتِهِ مِنْ شَر مَا أجِدُ وَ أحَاذِرُ

“Aku berlindung kepada Allah dan kekuasaanNya dari setiap kejelekan yang aku jumpai dan aku takuti”.[3]

Dalam riwayat lain disebutkan “Dalam setiap usapan”. Doa tersebut diulangi sampai tujuh kali.
Atau membaca :

بِسْمِ الله أعُوذُ بِعزَِّةِ الله وَ قُدْرَتِهِ مِنْ شَر مَا أجِدُ مِنْ وَجْعِيْ هَذَا

“Aku berlindung kepada keperkasaan Allah dan kekuasaanNya dari setiap kejelekan yang aku jumpai dari rasa sakitku ini”.[4]

Apabila rasa sakit terdapat di seluruh tubuh, caranya dengan meniup dua telapak tangan dan mengusapkan ke wajah si sakit dengan keduanya.[5]

11. Bila penyakit terdapat di salah satu bagian tubuh, kepala, kaki atau tangan misalnya, maka dibacakan pada tempat tersebut. Disebutkan dalam hadits Muhammad bin Hathib Al Jumahi dari ibunya, Ummu Jamil binti Al Jalal, ia berkata: Aku datang bersamamu dari Habasyah. Tatkala engkau telah sampai di Madinah semalam atau dua malam, aku hendak memasak untukmu, tetapi kayu bakar habis. Aku pun keluar untuk mencarinya. Kemudian bejana tersentuh tanganku dan berguling menimpa lenganmu. Maka aku membawamu ke hadapan Nabi. Aku berkata: “Kupertaruhkan engkau dengan ayah dan ibuku, wahai Rasulullah, ini Muhammad bin Hathib”. Beliau meludah di mulutmu dan mengusap kepalamu serta mendoakanmu. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam masih meludahi kedua tanganmu seraya membaca doa:

أَذْهِبْ الْبَأْسَ رَبَّ النَّاسِ وَاشْفِ أَنْتَ الشَّافِي لَا شِفَاءَ إِلَّا شِفَاؤُكَ شِفَاءً لَا يُغَادِرُ سَقَمًا

“Hilangkan penyakit ini wahai Penguasa manusia. Sembuhkanlah, Engkau Maha Penyembuh. Tidak ada kesembuhan kecuali penyembuhanMu, obat yang tidak meninggalkan penyakit”[6].

Dia (Ummu Jamil) berkata: “Tidaklah aku berdiri bersamamu dari sisi Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam, kecuali tanganmu telah sembuh”.

12. Apabila penyakit berada di sekujur badan, atau lokasinya tidak jelas, seperti gila, dada sempit atau keluhan pada mata, maka cara mengobatinya dengan membacakan ruqyah di hadapan penderita. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Nabi Shallallahu ‘laihi wa sallam meruqyah orang yang mengeluhkan rasa sakit. Disebutkan dalam riwayat Ibnu Majah, dari Ubay bin K’ab , ia berkata: “Dia bergegas untuk membawanya dan mendudukkannya di hadapan Beliau Shallallahu ‘alaihi wa salla,m . Maka aku mendengar Beliau membentenginya (ta’widz) dengan surat Al Fatihah”.[7]

Apakah ruqyah hanya berlaku untuk penyakit-penyakit yang disebutkan dalam nash atau penyakit secara umum? Dalam hadits-hadits yang membicarakan terapi ruqyah, penyakit yang disinggung adalah pengaruh mata yang jahat (‘ain), penyebaran bisa racun (humah) dan penyakit namlah (humah). Berkaitan dengan masalah ini, Imam An Nawawi berkata dalam Syarah Shahih Muslim: “Maksudnya, ruqyah bukan berarti hanya dibolehkan pada tiga penyakit tersebut. Namun maksudnya bahwa Beliau ditanya tentang tiga hal itu, dan Beliau membolehkannya. Andai ditanya tentang yang lain, maka akan mengizinkannya pula. Sebab Beliau sudah memberi isyarat buat selain mereka, dan Beliau pun pernah meruqyah untuk selain tiga keluhan tadi”. (Shahih Muslim, 14/185, kitab As Salam, bab Istihbab Ar Ruqyah Minal ‘Ain Wan Namlah).
Demikian sekilas cara ruqyah. Mudah-mudahan bermanfaat.

barrakallohufiikum
https://ruqyah-syariyyah-bekasi-qhi-bekasi.business.site/#gallery

Kamis, 23 Juni 2022

Do'a Perlindungan Terhadap 6 kondisi jiwa, Lilitan hutang dan tekanan orang*

📚Do'a Perlindungan Terhadap 6 kondisi jiwa, Lilitan hutang dan tekanan orang

Dari Abu Sa'id Al-Khudri yang berkata:  "pada suatu hari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam masuk masjid, ternyata ada bersama seorang laki-laki dari kalangan Anshor yang bernama Abu Umamah, Beliau bersabda:  "wahai Abu Umamah, mengapa aku melihatmu duduk di masjid di selain waktu sholat?" dia menjawab: "saya sedang dirundung kebingungan dan hutang Ya Rasulullah!" Beliau  bersabda: maukah kamu aku ajari satu ucapan yang jika kamu mengucapkannya Allah akan  menghilangkan kesedihan dan menyelesaikan hutangmu?"  kemudian dia menjawab: " Mau ya Rasullullah!" Beliau bersabda:  "Katakanlah di waktu pagi dan sore 

*اللهم اني اعوذبك من اللهم والحزن*
_Allahumma inni 'audzubika minal hammi wal hazan_
Yaa Allah aku berlindung kepada Mu dari kegelisahan dan keaedihan

*واعوذبك من العجز والكسل*
_wa a'udzubika minal 'ajzi wal kasal_
Dan aku berlindung kepada Mu dari kelemahan dan kemalasan

*واعوذبك من الجبن والبخل*
_wa 'audzubika minal jubni wal bukhli_
Dan aku berlindung kepada Mu dari rasa takut dan kebakhilan

*واعوذبك من غلبة الدين وقهر الجال*
_Wa a'udzubika minal gholabatid daini wa qohril rijaal_
Dan aku berlindung kepada Mu dari terlilit hutang dan tekanan (penindasan) manusia

 *Do'a di atas mencakup memohon perlindungan atas:*
➡️ Kegelisahan dan kesedihan
➡️ Kelemahan dan kemalasan
➡️Rasa takut dan Bakhil (kikir)
➡️ Terlilit hutang
➡️Tekanan/penindasan manusia

_Semoga dengan mengamalkan do'a yang telah  diajarkan  Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasalam, Allah memberikan kepada jiwa kita ketenangan, kebahagiaan, kemakmuran  sehingga bisa melunasi hutang dan aman dari tekanan orang_

_📝disadur dari kitab Rof'u Al bala' wa mu'alajatu almashaib, penulis Muhammad bin Abdul  Aziz Asyyi'_

✍️Ditulis ulang oleh:
*🏡Ruqyah Quranic Solution Indonesia*
https://ruqyah-syariyyah-bekasi-qhi-bekasi.business.site/#gallery

_Konseling & Terapi Ruqyah Syar'iyyah Jabodetabek_ 
https://wa.me/628176866747

Selasa, 28 September 2021

 

Ruqyah syar'iyyah tanpa kesurupan


 Ain dapat mendahuli takdir

 


AYAT-AYAT PENYEMBUHAN DARI PENYAKIT 'AIN

'Ain ; Penyakit nyata lebih dahsyat daripada sihir

'ain adalah pancaran kekuatan ruhiah manusia yang terpancar karena

- hasad/dengki
- pujian /kekaguman
- pujian terhadap diri sendiri (bangga diri )
- ucapan yang terlontar

Ciri-ciri terkena 'ain

ayat-ayat ruqyah khusus untuk penyembuhan 'ain

ÉOó¡Î0 «!$# Ç`»uH÷q§9$# ÉOŠÏm§9$# ÇÊÈ   ßôJysø9$# ¬! Å_Uu šúüÏJn=»yèø9$# ÇËÈ   Ç`»uH÷q§9$# ÉOŠÏm§9$# ÇÌÈ   Å7Î=»tB ÏQöqtƒ ÉúïÏe$!$# ÇÍÈ   x$­ƒÎ) ßç7÷ètR y$­ƒÎ)ur ÚúüÏètGó¡nS ÇÎÈ   $tRÏ÷d$# xÞºuŽÅ_Ç9$# tLìÉ)tGó¡ßJø9$# ÇÏÈ   xÞºuŽÅÀ tûïÏ%©!$# |MôJyè÷Rr& öNÎgøn=tã ÎŽöxî ÅUqàÒøóyJø9$# óOÎgøn=tæ Ÿwur tûüÏj9!$žÒ9$# ÇÐÈ

¨Šur ׎ÏVŸ2 ïÆÏiB È@÷dr& É=»tGÅ3ø9$# öqs9 Nä3tRrŠãtƒ .`ÏiB Ï÷èt/ öNä3ÏZ»yJƒÎ) #·$¤ÿä. #Y|¡ym ô`ÏiB ÏYÏã OÎgÅ¡àÿRr& .`ÏiB Ï÷èt/ $tB tû¨üt6s? ãNßgs9 ,ysø9$# ( (#qàÿôã$$sù (#qßsxÿô¹$#ur 4Ó®Lym uÎAù'tƒ ª!$# ÿ¾Ín͐öDr'Î/ 3 ¨bÎ) ©!$# 4n?tã Èe@à2 &äóÓx« ֍ƒÏs% ÇÊÉÒÈ

ª!$# Iw tm»s9Î) žwÎ) uqèd ÓyÕø9$# ãPqs)ø9$# 4 Ÿw ¼çnäè{ù's? ×puZÅ Ÿwur ×PöqtR 4 ¼çm©9 $tB Îû ÏNºuq»yJ¡¡9$# $tBur Îû ÇÚöF{$# 3 `tB #sŒ Ï%©!$# ßìxÿô±o ÿ¼çnyYÏã žwÎ) ¾ÏmÏRøŒÎ*Î/ 4 ãNn=÷ètƒ $tB šú÷üt/ óOÎgƒÏ÷ƒr& $tBur öNßgxÿù=yz ( Ÿwur tbqäÜŠÅsム&äóÓy´Î/ ô`ÏiB ÿ¾ÏmÏJù=Ïã žwÎ) $yJÎ/ uä!$x© 4 yìÅur çmÅöä. ÏNºuq»yJ¡¡9$# uÚöF{$#ur ( Ÿwur ¼çnߊqä«tƒ $uKßgÝàøÿÏm 4 uqèdur Í?yèø9$# ÞOŠÏàyèø9$# ÇËÎÎÈ

ôQr& tbrßÝ¡øts }¨$¨Z9$# 4n?tã !$tB ÞOßg9s?#uä ª!$# `ÏB ¾Ï&Î#ôÒsù ( ôs)sù !$oY÷s?#uä tA#uä tLìÏdºtö/Î) |=»tGÅ3ø9$# spyJõ3Ïtø:$#ur Mßg»oY÷s?#uäur %¸3ù=B $VJŠÏàtã ÇÎÍÈ

tA$s% ¢Óo_ç6»tƒ Ÿw óÈÝÁø)s? x8$tƒöäâ #n?tã y7Ï?uq÷zÎ) (#rßÅ3uŠsù y7s9 #´øŠx. ( ¨bÎ) z`»sÜø¤±9$# Ç`»|¡SM~Ï9 Arßtã ÑúüÎ7B ÇÎÈ

tA$s%ur ¢ÓÍ_t6»tƒ Ÿw (#qè=äzôs? .`ÏB 5>$t/ 7Ïnºur (#qè=äz÷Š$#ur ô`ÏB 5>ºuqö/r& 7ps%ÌhxÿtGB ( !$tBur ÓÍ_øîé& Nä3Ztã šÆÏiB «!$# `ÏB >äóÓx« ( ÈbÎ) ãNõ3çtø:$# žwÎ) ¬! ( Ïmøn=tã àMù=©.uqs? ( Ïmøn=tæur È@©.uqtGuŠù=sù tbqè=Åe2uqtFßJø9$# ÇÏÐÈ

* ñUÎŽôÑ$#ur Mçlm; WxsW¨B Èû÷ün=ã_§ $uZù=yèy_ $yJÏdÏtnL{ Èû÷ütF¨Zy_ ô`ÏB 5=»uZôãr& %mà»oYøÿxÿymur 9@÷uZÎ/ $uZù=yèy_ur $yJåks]÷t/ %Yæöy ÇÌËÈ   $tGù=Ï. Èû÷ütF¨Zyfø9$# ôMs?#uä $ygn=ä.é& óOs9ur OÎ=ôàs? çm÷ZÏiB $\«øx© 4 $tRö¤fsùur $yJßgn=»n=Åz #\pktX ÇÌÌÈ   šc%x.ur ¼çms9 ֍yJrO tA$s)sù ¾ÏmÎ7Ås»|ÁÏ9 uqèdur ÿ¼çnâÍr$ptä O$tRr& çŽsYø.r& y7ZÏB Zw$tB tãr&ur #\xÿtR ÇÌÍÈ   Ÿ@yzyŠur ¼çmtG¨Yy_ uqèdur ÖNÏ9$sß ¾ÏmÅ¡øÿuZÏj9 tA$s% !$tB `àßr& br& yŠÎ6s? ÿ¾ÍnÉ»yd #Yt/r& ÇÌÎÈ   !$tBur `àßr& sptã$¡¡9$# ZpyJͬ!$s% ûÈõs9ur NŠÏŠ 4n<Î) În1u ¨byÉ`V{ #ZŽöyz $yg÷YÏiB $Y6n=s)ZãB ÇÌÏÈ   tA$s% ¼çms9 ¼çmç7Ïm$|¹ uqèdur ÿ¼çnâÍr$ptä |Nöxÿx.r& Ï%©!$$Î/ y7s)n=yz `ÏB 5>#tè? §NèO `ÏB 7pxÿõÜœR §NèO y71§qy Wxã_u ÇÌÐÈ   O$¨YÅ3»©9 uqèd ª!$# În1u Iwur à8ÎŽõ°é& þÎn1tÎ/ #Ytnr& ÇÌÑÈ   Iwöqs9ur øŒÎ) |Mù=yzyŠ y7tF¨Zy_ |Mù=è% $tB uä!$x© ª!$# Ÿw no§qè% žwÎ) «!$$Î/ 4 bÎ) Èbts? O$tRr& ¨@s%r& y7ZÏB Zw$tB #V$s!urur ÇÌÒÈ   4Ó|¤yèsù þÎn1u br& ÈûyüÏ?÷sム#ZŽöyz `ÏiB y7ÏF¨Zy_ Ÿ@Åöãƒur $pköŽn=tæ $ZR$t7ó¡ãm z`ÏiB Ïä!$yJ¡¡9$# yxÎ6óÁçFsù #YÏè|¹ $¸)s9y ÇÍÉÈ   ÷rr& yxÎ6óÁム$ydät!$tB #Yöqxî `n=sù yìÏÜtGó¡n@ ¼çms9 $Y6n=sÛ ÇÍÊÈ   xÝÏmé&ur ¾Ín̍yJsWÎ/ yxt7ô¹r'sù Ü=Ïk=s)ムÏmøŠ¤ÿx. 4n?tã !$tB t,xÿRr& $pkŽÏù }Édur îptƒÍr%s{ 4n?tã $pkÅ­rããã ãAqà)tƒur ÓÍ_tFøn=»tƒ óOs9 õ8ÎŽõ°é& þÎn1tÎ/ #Ytnr& ÇÍËÈ   öNs9ur `ä3s? ¼ã&©! ×pt¤Ïù ¼çmtRrçŽÝÇZtƒ `ÏB Èbrߊ «!$# $tBur tb%x. #·ŽÅÇtFZãB ÇÍÌÈ

ãNn=÷ètƒ spuZͬ!%s{ ÈûãüôãF{$# $tBur ÏÿøƒéB ârߐÁ9$# ÇÊÒÈ

$pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qç7Ï^tGô_$# #ZŽÏWx. z`ÏiB Çd`©à9$# žcÎ) uÙ÷èt/ Çd`©à9$# ÒOøOÎ) ( Ÿwur (#qÝ¡¡¡pgrB Ÿwur =tGøótƒ Nä3àÒ÷è­/ $³Ò÷èt/ 4 =Ïtär& óOà2ßtnr& br& Ÿ@à2ù'tƒ zNóss9 ÏmŠÅzr& $\GøŠtB çnqßJçF÷d̍s3sù 4 (#qà)¨?$#ur ©!$# 4 ¨bÎ) ©!$# Ò>#§qs? ×LìÏm§ ÇÊËÈ

x8t»t6s? Ï%©!$# ÍnÏuÎ/ à7ù=ßJø9$# uqèdur 4n?tã Èe@ä. &äóÓx« 퍃Ïs% ÇÊÈ   Ï%©!$# t,n=y{ |NöqyJø9$# no4quptø:$#ur öNä.uqè=ö7uÏ9 ö/ä3ƒr& ß`|¡ômr& WxuKtã 4 uqèdur âƒÍyèø9$# âqàÿtóø9$# ÇËÈ   Ï%©!$# t,n=y{ yìö7y ;Nºuq»yJy $]%$t7ÏÛ ( $¨B 3ts? Îû È,ù=yz Ç`»uH÷q§9$# `ÏB ;Nâq»xÿs? ( ÆìÅ_ö$$sù uŽ|Çt7ø9$# ö@yd 3ts? `ÏB 9qäÜèù ÇÌÈ   §NèO ÆìÅ_ö$# uŽ|Çt7ø9$# Èû÷üs?§x. ó=Î=s)Ztƒ y7øs9Î) çŽ|Çt7ø9$# $Y¥Å%s{ uqèdur ׎Å¡ym ÇÍÈ   ôs)s9ur $¨Z­ƒy uä!$yJ¡¡9$# $u÷R9$# yxŠÎ6»|ÁyJÎ/ $yg»oYù=yèy_ur $YBqã_â ÈûüÏÜ»u¤±=Ïj9 ( $tRôtGôãr&ur öNçlm; z>#xtã ÎŽÏè¡¡9$# ÇÎÈ

bÎ)ur ߊ%s3tƒ tûïÏ%©!$# (#rãxÿx. y7tRqà)Ï9÷ãs9 óOÏd̍»|Áö/r'Î/ $£Js9 (#qãèÏÿxœ tø.Ïe%!$# tbqä9qà)tƒur ¼çm¯RÎ) ×bqãZôfpRmQ ÇÎÊÈ   $tBur uqèd žwÎ) ֍ø.ÏŒ tûüÏHs>»yèù=Ïj9 ÇÎËÈ

ö@è% uqèd ª!$# îymr& ÇÊÈ   ª!$# ßyJ¢Á9$# ÇËÈ   öNs9 ô$Î#tƒ öNs9ur ôs9qムÇÌÈ   öNs9ur `ä3tƒ ¼ã&©! #·qàÿà2 7ymr& ÇÍÈ

@è% èŒqããr& Éb>tÎ/ È,n=xÿø9$# ÇÊÈ   `ÏB ÎhŽŸ° $tB t,n=y{ ÇËÈ   `ÏBur ÎhŽŸ° @,Å%yñ #sŒÎ) |=s%ur ÇÌÈ   `ÏBur Ìhx© ÏM»sV»¤ÿ¨Z9$# Îû Ïs)ãèø9$# ÇÍÈ   `ÏBur Ìhx© >Å%tn #sŒÎ) y|¡ym ÇÎÈ

@è% èŒqããr& Éb>tÎ/ Ĩ$¨Y9$# ÇÊÈ   Å7Î=tB Ĩ$¨Y9$# ÇËÈ   Ïm»s9Î) Ĩ$¨Y9$# ÇÌÈ   `ÏB Ìhx© Ĩ#uqóuqø9$# Ĩ$¨Ysƒø:$# ÇÍÈ   Ï%©!$# â¨ÈqóuqムÎû Írßß¹ ÄZ$¨Y9$# ÇÎÈ   z`ÏB Ïp¨YÉfø9$# Ĩ$¨Y9$#ur ÇÏÈ


 RUQYAH ANAK PONDOK TAHFIDZ