Penjelasan Ulama tentang Cara
Meruqyah
بِسْمِ
اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Bagi anda yang khawatir,Ruqyah yang adasaat ini tidak sesuai dengan yang pernah diamalkan para ulama terdahulu,silakan lakukan Ruqyah seperti yang di ajarkan para Ulama ini, mengikuti beberapa riwayatHadits Rosulullah,
Makna
Ruqyah
Asy-Syaikhul
‘Allamah Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan hafizhahullah berkata,
والرُّقْيَة:
القراءة على المريض
“Ruqyah
adalah bacaan untuk mengobati orang yang sakit.” [I’aanatul Mustafid,
1/150]
Beberapa
Hadits tentang Cara Meruqyah
Ummul
Mukminin Aisyah radhiyallahu’anha berkata,
أَنَّ
النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- كَانَ إِذَا اشْتَكَى يَقْرَأُ عَلَى نَفْسِهِ
بِالْمُعَوِّذَاتِ وَيَنْفُثُ فَلَمَّا اشْتَدَّ وَجَعُهُ كُنْتُ أَقْرَأُ
عَلَيْهِ وَأَمْسَحُ عَنْهُ بِيَدِهِ رَجَاءَ بَرَكَتِهَا
“Bahwa
Nabi shallallahu’alaihi wa sallam apabila sakit, beliau membacakan untuk
dirinya al-mu’awwidzaat (bacaan-bacaan untuk memohon perlindungan kepada Allah)
dan meniup dengan sedikit ludah, maka tatkala sakitnya semakin keras akulah
yang membacakan untuk beliau dan aku mengusap diri beliau dengan tangan beliau
sendiri karena mengharap (kepada Allah) adanya keberkahan tangan beliau.” [HR.
Al-Bukhari dan Muslim]
Ummul
Mukminin Aisyah radhiyallahu’anha juga berkata berkata,
أَنَّ
رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا اشْتَكَى الْإِنْسَانُ
الشَّيْءَ مِنْهُ، أَوْ كَانَتْ بِهِ قَرْحَةٌ أَوْ جُرْحٌ، قَالَ: النَّبِيُّ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِإِصْبَعِهِ هَكَذَا، وَوَضَعَ سُفْيَانُ
سَبَّابَتَهُ بِالْأَرْضِ، ثُمَّ رَفَعَهَا بِسْمِ اللهِ، تُرْبَةُ أَرْضِنَا،
بِرِيقَةِ بَعْضِنَا، لِيُشْفَى بِهِ سَقِيمُنَا، بِإِذْنِ رَبِّنَا
“Bahwa
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam apabila seseorang merasakan suatu
penyakit, bisul atau luka, maka beliau shallallahu’alaihi wa sallam menggunakan
jarinya seperti ini –Sufyan (rawi hadits) meletakkan jari telunjuknya ke bumi-
kemudian beliau mengangkatnya seraya membaca:
بِسْمِ
اللهِ، تُرْبَةُ أَرْضِنَا، بِرِيقَةِ بَعْضِنَا، لِيُشْفَى بِهِ سَقِيمُنَا،
بِإِذْنِ رَبِّنَا
“Bismillaahi
turbatu ardhina, bi riyqoti ba’dhina, liyusyfaa bihi saqiimuna, biidzni
Robbinaa”
Dengan
nama Allah, bahwa tanah bumi kami disertai ludah sebagian kami, agar sembuh
dengan sebab itu orang sakit kami, dengan izin Rabb kami.” [HR.
Al-Bukhari dan Muslim, dan ini lafaz Muslim]
An-Nawawi
rahimahullah berkata,
وَمَعْنَى
الْحَدِيثِ أَنَّهُ يَأْخُذُ مِنْ رِيقِ نَفْسِهِ عَلَى أُصْبُعِهِ السَّبَّابَةِ
ثُمَّ يَضَعُهَا عَلَى التُّرَابِ فَيَعْلَقُ بِهَا مِنْهُ شَيْءٌ فَيَمْسَحُ بِهِ
عَلَى الْمَوْضِعِ الْجَرِيحِ أَوِ الْعَلِيلِ وَيَقُولُ هَذَا الْكَلَامَ فِي
حَالِ الْمَسْحِ وَاللَّهُ أَعْلَمُ
“Makna
hadits: Beliau membasahi jari telunjuknya dengan ludah beliau sendiri, kemudian
meletakkan jarinya di atas tanah sehingga menempel sedikit debu tanah tersebut,
lalu beliau mengusap bagian tubuh orang yang terluka atau sakit dan membaca doa
ini ketika mengusapnya, wallaahu a’lam.” [Syarhu Muslim, 14/184]
Dari
Sahabat yang Mulia Tsabit bin Qois bin Syammaas radhiyallahu’anhu, dari
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam,
أَنَّهُ
دَخَلَ عَلَى ثَابِتِ بْنِ قَيْسٍ – قَالَ: أَحْمَدُ وَهُوَ مَرِيضٌ – فَقَالَ:
«اكْشِفِ الْبَأْسَ رَبَّ النَّاسِ عَنْ ثَابِتِ بْنِ قَيْسِ بْنِ شَمَّاسٍ» ثُمَّ
أَخَذَ تُرَابًا مِنْ بَطْحَانَ فَجَعَلَهُ فِي قَدَحٍ ثُمَّ نَفَثَ عَلَيْهِ
بِمَاءٍ وَصَبَّهُ عَلَيْهِ
“Bahwa
beliau menjenguk Tsabit bin Qois –Ahmad berkata: Ketika itu Tsabit bin Qois
dalam keadaan sakit- maka beliau bersabda (membaca),
اكْشِفِ
الْبَأْسَ رَبَّ النَّاسِ عَنْ ثَابِتِ بْنِ قَيْسِ بْنِ شَمَّاسٍ
“Iksyifil
ba’sa Robban naasi ‘an Tsabit bin Qois bin Syammaas”
“Hilangkanlah
penyakit wahai Rabb manusia dari Tsabit bin Qois bin Syammaas.” Kemudian beliau
mengambil tanah dari Bathhaan (satu lembah di Madinah), meletakkannya dalam
bejana, lalu beliau meniupnya dengan air dan menyiramkannya kepada
Tsabit.” [HR. Abu Daud, lihat Fathul Baari, 10/208
dan Fatawa Al-Lajnah Ad-Daimah, 1/88 no. 16951]
Asy-Syaikh
Ibnu Baz rahimahullah berkata,
وقد
ثبت عنه صلى الله عليه وسلم أنه رقى لثابت بن قيس بن شماس في ماء ثم صبه عليه
“Telah
tsabit (diriwayatkan dengan sanad yang jayyid) dari Rasulullah
shallallahu’alaihi wa sallam bahwa beliau meruqyah Tsabit bin Qois bin Syammaas
di air dan menyiramkan air tersebut kepadanya.” [Fatawa Nur ‘alad
Darbi, 1/329]
Mengajari
Tauhid dan Cara Meruqyah Diri Sendiri kepada Orang yang Sakit
Inilah
tugas penting seorang yang meruqyah, yaitu mengajari kaum muslimin untuk
bertawakkal kepada Allah ta’ala dan memurnikan seluruh ibadah hanya kepada-Nya
serta memperingatkan bahaya kesyirikan, kebid’ahan dan kemaksiatan, kemudian
mengajarinya doa-doa untuk meruqyah dirinya sendiri, tidak boleh meminta ruqyah
kepada orang lain, karena hal itu dapat mengurangi kesempurnaan tauhid atau
bahkan menghilangkan tauhid sama sekali.
Sahabat
yang Mulia Utsman bin Abil ‘Ash Ats-Tsaqofi radhiyallahu’anhu berkata,
أَنَّهُ
شَكَا إِلَى رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- وَجَعًا يَجِدُهُ فِى جَسَدِهِ
مُنْذُ أَسْلَمَ. فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- ضَعْ يَدَكَ
عَلَى الَّذِى تَأَلَّمَ مِنْ جَسَدِكَ وَقُلْ بِاسْمِ اللَّهِ. ثَلاَثًا. وَقُلْ
سَبْعَ مَرَّاتٍ أَعُوذُ بِاللَّهِ وَقُدْرَتِهِ مِنْ شَرِّ مَا أَجِدُ
وَأُحَاذِرُ
“Bahwa
beliau pernah mengadu kepada Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam tentang
rasa sakit di badannya sejak masuk Islam, maka Rasulullah shallallahu’alaihi wa
sallam bersabda kepadanya: Letakkan tanganmu di bagian tubuhmu yang sakit dan
bacalah:
بِسْمِ
اللَّهِ
“Bismillaah”
(Dengan nama Allah) tiga kali.
Lalu
baca sebanyak tujuh kali:
أَعُوذُ
بِاللَّهِ وَقُدْرَتِهِ مِنْ شَرِّ مَا أَجِدُ وَأُحَاذِرُ
“A’uudzu
billaahi wa qudrotihi min syarri maa ajidu wa uhaadziru” (Aku berlindung kepada
Allah dan kemampuan-Nya dari kejelekan yang aku dapati dan aku
khawatirkan).” [HR. Muslim]
Penjelasan
Ulama tentang Cara Meruqyah
Disebutkan
dalam fatwa Al-Lajnah Ad-Daimah,
وهي
تكون بالقراءة والنفث على المريض، سواء كان يرقي نفسه أو يرقيه غيره، ومنها قراءة
القرآن في الماء للمريض وشربه إياه
“Cara
meruqyah adalah dengan membaca dan meniup kepada orang yang sakit, sama saja
ketika ia meruqyah dirinya atau meruqyah orang lain, dan diantara caranya
adalah membaca Al-Qur’an di air untuk orang sakit dan meminumkan air tersebut
kepadanya.” [Fatawa Al-Lajnah Ad-Daimah, 1/88 no. 16951]
Asy-Syaikh
Ibnu Baz rahimahullah berkata,
فالرقية
تكون بالقرآن، وبالدعوات الطيبة على محل الألم، ينفث على محل الألم: في صدره، أو
رأسه، أو يده، أو رجله
“Ruqyah
dilakukan dengan membacakan Al-Qur’an dan doa-doa yang baik terhadap bagian
tubuh yang sakit, seraya meniup bagian yang sakit tersebut, apakah di dadanya,
kepalanya, tangannya atau kakinya.”[Fatawa Nur ‘alad Darb, 1/325]
Beliau
rahimahullah juga berkata,
الرقية
تكون على المريض بالنفث عليه، وتكون في ماء يشربه المريض أو يتروش به
“Meruqyah
orang yang sakit adalah dengan meniupnya (setelah membaca), dan boleh juga
dengan membaca pada air dan si sakit meminumnya atau mandi dengannya.” [Fatawa
Nur ‘alad Darb, 1/329]
Beliau
rahimahullah juga berkata,
ولا
حرج في القراءة في الماء والزيت في علاج المريض والمسحور والمجنون، ولكن القراءة
على المريض بالنفث عليه أولى وأفضل وأكمل
“Tidak
mengapa membacakan ruqyah di air dan minyak untuk mengobati orang yang sakit,
yang kena sihir atau yang gila, akan tetapi membacakan langsung disertai tiupan
kepada orang sakit tersebut lebih utama, lebih afdhal dan lebih
sempurna.” [Majmu’ Al-Fatawa, 19/339]
Asy-Syaikh
Mubarok bin Muhammad Al-Mili Al-Jazaairi rahimahullah berkata,
وصفة
الرقية أن يقرأ القارئ على محل الألم أو على يديه للمسح بهما، أو في ماء ونحوه،
وينفث أثر القراءة نفثاً خالياً من البزاق، وإنما هو نفس معه بلل من الريق
“Sifat
ruqyah adalah seseorang membacakan ruqyah atas bagian tubuh yang sakit atau
atas kedua tangannya untuk kemudian mengusapkannya ke tubuh yang sakit, atau
membaca di air dan yang semisalnya, dan setelah membaca langsung meniup ke
tubuh yang sakit tanpa meludah, yang keluar hanyalah udara disertai sedikit
ludah.” [Risalatusy Syirki wa Mazhohiruhu, hal. 248]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar