Mengupas
Tuntas A’in
(pandangan
Mata Jahat)
WASPADA A’IN
Sesungguhnya hakikat ‘ain
adalah bisa dibuktikan dan pengaruhnya juga ada, dan sesungguhnya ia dapat
membunuh. Berapa banyak orang yang dimasukkan ke dalam kuburan olehnya, dan
berapa banyak unta kuat yang dimasukkan ke dalam panci olehnya. Akan tetapi itu
semua adalah dengan kehendak Allah Subhanahu wata’ala dan kekuasaanNya.
———-
———-
Pandangan mata, atau
diistilahkan dengan ‘ain, adalah pandangan seseorang terhadap sesuatu yang
dianggap bagus disertai dengan kedengkian yang muncul dari tabiat yang jelek
sehingga mengakibatkan bahaya bagi yang dipandang. (Fathul Bari, 10/210)
Hal ini dijelaskan pula oleh
Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah bahwa ‘ain itu
benar-benar ada dan telah jelas adanya secara syar’i maupun indrawi. Allah
berfirman:
“Dan hampir-hampir orang-orang
kafir itu menggelincirkanmu dengan pandangan mereka.” (Al-Qalam: 51)
Ibnu ‘Abbas radhiyallahu
‘anhuma dan selain beliau menafsirkan ayat ini bahwa orang-orang kafir itu
hendak menimpakan ‘ain kepadamu dengan pandangan mata mereka.
Demikian pula Rasulullah
menjelaskan tentang keberadaan ‘ain ini, sebagaimana disampaikan oleh putra
paman beliau, ‘Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma bahwa Nabi bersabda:
“’Ain itu benar adanya.
Seandainya ada sesuatu yang dapat mendahului takdir, tentu akan didahului oleh
‘ain. Apabila kalian diminta untuk mandi, maka mandilah.” (Shahih, HR. Muslim
no. 2188, Fatawa Al-Mar’ah Al-Muslimah, 1/164-165)
Al-Imam An-Nawawi rahimahullah
mengatakan, hadits ini menjelaskan bahwa segala sesuatu terjadi dengan takdir
Allah , dan tidak akan terjadi kecuali sesuai dengan apa yang telah Allah
takdirkan serta didahului oleh ilmu Allah tentang kejadian tersebut. Sehingga,
tidak akan terjadi bahaya ‘ain ataupun segala sesuatu yang baik maupun yang
buruk kecuali dengan takdir Allah . Dari hadits ini pula terdapat penjelasan
bahwa ‘ain itu benar-benar ada dan memiliki kekuatan untuk menimbulkan bahaya.
(Syarh Shahih Muslim, 14/174)
‘Ain dapat terjadi dari
pandangan yang penuh kekaguman walaupun tidak disertai perasaan dengki (hasad).
Demikian pula timbulnya ‘ain itu tidak selalu dari seseorang yang jahat, bahkan
bisa jadi dari orang yang menyukainya atau pun orang yang shalih. (Fathul Bari,
10/215)
Bahkan di antara para shahabat
yang notabene mereka itu adalah orang-orang yang paling mulia setelah para nabi
pun, terjadi ‘ain ini. Kisah tentang hal ini dituturkan oleh Abu Umamah, putra
Sahl bin Hunaif radhiyallahu ‘anhu:
“‘Amir bin Rabi’ah pernah
melewati Sahl bin Hunaif yang sedang mandi, lalu ia berkata, ‘Aku tidak pernah
melihat seperti hari ini dan aku tak pernah melihat kulit seperti kulit wanita
yang dipingit.’ Tidak berapa lama, Sahl terjatuh. Kemudian dia didatangkan ke
hadapan Nabi . Orang-orang pun mengatakan kepada beliau, ‘(Wahai Rasulullah),
segera selamatkan Sahl, ia telah terbaring.’ Nabi bertanya, ‘Siapa yang kalian
tuduh dalam hal ini?’ Mereka menjawab, ‘Amir bin Rabi’ah.’ Beliau pun berkata,
‘Atas dasar apa salah seorang di antara kalian hendak membunuh saudaranya?
Apabila seseorang melihat sesuatu yang menakjubkan dari diri saudaranya,
hendaknya ia mendoakan kebaikan padanya.’ Kemudian beliau meminta air dan
memerintahkan ‘Amir untuk berwudhu’, maka ‘Amir pun membasuh wajahnya, kedua
tangan hingga sikunya, kedua kaki hingga lututnya, serta bagian dalam
sarungnya. Lalu beliau memerintahkan untuk menuangkan air itu pada Sahl.” (HR.
Ibnu Majah no. 3500, dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahihul Jami’
no. 3908/4020 dan Al-Misykah no. 4562)
Tergambar pula dengan jelas
dalam kisah ini, apa yang dilakukan oleh Rasulullah pada seseorang yang terkena
‘ain. Demikian pula dalam perintah Rasulullah :
“’Ain itu benar adanya.
Seandainya ada sesuatu yang dapat mendahului takdir, tentu akan didahului oleh
‘ain. Apabila kalian diminta untuk mandi, maka mandilah.”
Al-Hafidz Ibnu Hajar t
menerangkan bahwa perkataan Rasulullah ini menunjukkan, apabila seseorang diketahui
menimpakan ‘ain, maka ia diminta untuk mandi, dan mandi ini merupakan cara
pengobatan ‘ain yang sangat bermanfaat. Dituntunkan pula bila seseorang melihat
sesuatu yang mengagumkan hendaknya segera mendoakan kebaikan padanya, karena
doanya itu merupakan ruqyah (pengobatan) baginya. Beliau juga menyatakan bahwa
‘ain yang menimpa seseorang dapat mengakibatkan kematian. (Fathul Bari, 10/215)
Rasulullah memerintahkan untuk
melakukan ruqyah, yaitu pengobatan dengan Al Qur’an dan dzikir-dzikir kepada
Allah, terhadap orang yang terkena ‘ain. Beliau memerintahkan hal itu pula
kepada istri beliau, ‘Aisyahradhiyallahu ‘anha:
“Rasulullah memerintahkannya
untuk melakukan ruqyah dari ‘ain.” (Shahih, HR. Al-Bukhari no. 5738 dan Muslim
no. 2195)
Begitu pula yang beliau
perintahkan ketika melihat seorang anak perempuan yang terkena ‘ain pada
wajahnya. Peristiwa ini dikisahkan oleh istri beliau, Ummu Salamah radhiyallahu
‘anha:
“Rasulullah pernah melihat
seorang anak perempuan di rumah Ummu Salamah yang pada wajahnya ada
kehitam-hitaman. Beliau pun berkata, ‘Ruqyahlah dia, karena dia tertimpa
‘ain’.” (Shahih, HR. Al-Bukhari no. 5739 dan Muslim no. 2197)
Diceritakan pula oleh Jabir
bin ‘Abdullah ketika Rasulullah menyuruh agar anak-anak Ja’far bin Abu Thalib
radhiyallahu ‘anhu diruqyah:
Nabi berkata kepada Asma’
bintu ‘Umais, “Mengapa aku lihat anak-anak saudaraku kurus-kurus? Apakah karena
kekurangan?”. Asma’ menjawab, “Bukan, akan tetapi mereka cepat terkena ‘ain.”
Beliau pun berkata, “Ruqyahlah mereka!”. Asma’ berkata: Maka aku serahkan
urusan ini kepada beliau, lalu beliau pun berkata, “Ruqyahlah mereka.” (Shahih,
HR. Muslim no. 2198)
Bahkan Jibril pernah meruqyah
Rasulullah ketika beliau sakit dengan doa:
“Dengan nama Allah aku
meruqyahmu dari segala sesuatu yang menyakitkanmu dan dari setiap jiwa atau
pandangan yang dengki. Semoga Allah menyembuhkanmu, dengan nama Allah aku
meruqyahmu.” (Shahih, HR. Muslim no. 2186)
Rasulullah senantiasa memohon
perlindungan dari ‘ain, sebagaimana dikabarkan oleh shahabat yang mulia, Abu
Sa’id Al-Khudri z:
“Rasulullah senantiasa
berlindung dari jin dan pandangan manusia, hingga turun surat Al-Falaq dan
surat An-Naas. Ketika keduanya telah turun, beliau menggunakan keduanya dan
meninggalkan yang lainnya.” (HR. At-Tirmidzi no. 2059 dan Ibnu Majah no. 3511,
dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahih Ibnu Majah no. 2830)
Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih
Al-’Utsaimin t mengatakan bahwa menjaga diri dari ‘ain boleh dilakukan dan
bukan berarti meniadakan tawakkal kepada Allah. Bahkan sikap demikian ini
termasuk tawakkal, karena tawakkal adalah bersandar kepada Allah disertai
melakukan ‘sebab’ yang diperbolehkan atau diperintahkan. Rasulullah pun
memohonkan perlindungan untuk Al-Hasan dan Al-Husain dengan doa:
“Aku memohon perlindungan bagi
kalian berdua dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari setiap setan dan
binatang berbisa, dan dari setiap pandangan yang jahat.”
Demikian pula yang dilakukan
Nabi Ibrahim terhadap kedua putranya, Nabi Ishaq dan Nabi Isma’il ‘alaihimus
salam. (Fatawa Al-Mar’ah Al-Muslimah, 1/165-166)
‘Ain ada 2 jenis : ‘ain
manusia dan ‘ain jin. Dari Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha, Nabi shallallahu
‘alayhi wa sallam melihat seorang hamba perempuan di rumahnya dan mukanya
berubah warna kehitaman. Baginda shallallahu ‘alayhi wa sallam berkata :
“Berilah ia ruqyah (jampi), sesungguhnya dia telah ditimpa pandangan mata”.
[Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim].
Disebutkan bahwa pandangan mata itu
ialah pandangan mata jin. [Lihat al-Baghawi, Syarh as-Sunnah]. Hadis ini juga
menunjukkan bahawa orang yang tertimpa ‘ain boleh diubati dengan ruqyah (jampi)
dan ini akan kita bincangkan dalam post lain insha Allah.
Jenis-jenis ‘Ain
Ibnu Qoyyim rohimahulloh
mengatakan bahwa penyakit ‘ain ada dua jenis :’ain insi (‘ain berunsur manusia)
dan ‘ain jinni (‘ain berunsur jin).
Diriwayatkan dengan shahih
dari Ummu Salamah bahwa Nabi shollallohu alaihi wa sallam pernah melihat
seorang budak wanita di rumahnya yang wajahnya terlihat kusam. Beliau
berkata,”Ruqyah wanita ini, ia terkena ‘ain. (Dikeluarkan oleh Al-Bukhori dan
Muslim,Al-Hakim,Abu Nu’aim dan Al-Isma’ili dalam Mustakhroj-nya serta
Ath-Thobroni)
Al-Husain bin Mas’ud Al-Farro
berkata :Adapun sabda beliau “sa’fatun(kusam) bermakna “Nadzrotun” (terkena
‘ain dari unsur jin).
Tanda-tanda Anak/bayi terkena
‘ain
Bayi yang baru lahir dan
anak-anak sangat rentan terkena penyakit ‘ain. Apalagi kalau bayi/anak itu
mempunyai kelebihan yang tidak dimiliki bayi/anak yang lain, seperti
kelucuannya,rupanya yang manis ,kesehatannya, dan lain-lain yang mengundang
perhatian siapa saja yang melihatnya.
Adapun diantara tanda-tanda
anak yang terkena pengaruh buruk ‘ain adalah :
1.Tangisan yang tidak wajar
yang tidak kunjung henti,kejang-kejang tanpa sebab yang jelas, tidak mau
menyusu kepada ibunya tanpa sebab yang jelas.
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْدَخَلَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَسَمِعَ صَوْتَ صَبِيٍّ يَبْكِي
فَقَالَ مَا لِصَبِيِّكُمْ هَذَا يَبْكِي فَهَلَّا اسْتَرْقَيْتُمْ لَهُ مِنْ
الْعَيْنِ
Aisyah rodhiyallohu anha
berkata : “Suatu ketika Nabi masuk (rumahnya) kemudian mendengar bayi sedang
menangis.Beliau berkata,”Mengapa bayi kalian menangis?Mengapa tidak kalian
bacakan ruqyah-ruqyah (supaya sembuh) dari penyakit ‘ain?) (Shahihul jami’ 988 n0.5662)
2. Kondisi tubuh yang sangat
kurus kering
عَنْ جَابِرَ بْنَ عَبْدِ
اللَّهِرَخَّصَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِآلِ حَزْمٍ فِي
رُقْيَةِ الْحَيَّةِ وَقَالَ لِأَسْمَاءَ بِنْتِ عُمَيْسٍ مَا لِي أَرَى أَجْسَامَ
بَنِي أَخِي ضَارِعَةً تُصِيبُهُمْ الْحَاجَةُ قَالَتْ لَا وَلَكِنْ الْعَيْنُ
تُسْرِعُ إِلَيْهِمْ قَالَ ارْقِيهِمْ
Dari Jabir rodhiyallohu anhu
bahwa Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam memberi rukhshoh (keringanan)
bagi anak-anak Ja’far memakai bacaan ruqyah dari sengatan ular. Beliau berkata
kepada Asma’ binti Umais,”Mengapa aku lihat badan anak-anak saudaraku ini kurus
kering? Apakah mereka kelaparan?” Asma’ menjawab : “tidak, akan tetapi mereka
tertimpa ‘Ain.” Kata beliau,”Kalau begitu bacakan ruqyah bagi mereka! (HR Muslim,
Ahmad dan Baihaqi)
Sunnah bagi orang yang
memandang takjub terhadap sesuatu :
Seperti yang telah dijelaskan
di atas,bahwa penyakit ‘ain tidak hanya disebabkan oleh orang yang iri dan
dengki terhadap sesuatu yang dipandangnya. Bahkan setiap mata yang memandang
takjub terhadap sesuatu dengan izin Alloh juga bisa menyebabkan pengaruh buruk
‘ain walaupun orang tersebut tidak bermaksud menimpakan ‘ain. Bahkan ini
terjadi pada para sahabat Nabi yang sudah terkenal akan kebersihan hati mereka.
Adapun diantara sunnah ketika
seseorang memandang takjub terhadap sesuatu adalah :
1. Medoakan keberkahan pada
apa yang dilihatnya
Dari Amir bin Robi’ah
rodhiyallohu anhu :
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا رَأَى أَحَدُكُمْ مِنْ أَخِيهِ أَوْ مِنْ
نَفْسِهِ أَوْ مِنْ مَالِهِ مَا يُعْجِبُهُ فَلْيُبَرِّكْهُ فَإِنَّ الْعَيْنَ
حَقٌّ
Rosullulloh shollallohu alaihi
wa sallam bersabda : “Jika salah seorang dari kalian melihat sesuatu yang
menakjubkan dari saudaranya, pada dirinya atau pada hartanya, maka doakan
keberkahan padanya, karena sesungguhnya penyakit ain itu haq (benar). (HR
Ahmad).
Di antara cara mendoakan
keberkahan terhada apa yang dilihatnya adalah :
بَارَكَ اللَّهُ فِيهِ
‘Ya Alloh Semoga Alloh
memberikan berkah padanya”
اللَّهُمَّ بَارِكْعَلَيْهِ
“Ya Alloh berkahilah atasnya”
اللَّهُمَّ بَارِكْلَهُ
“Ya Alloh berkahilah baginya”
2. Hendaklah mengucapkan :
مَا شَاءَ اللَّهُ لَا قُوَّةَ
إِلَّا بِاللَّهِ
“Sungguh atas kehendak
Allohlah semua ini terwujud”
Hal ini didasari firman Alloh
dalam surat Al-Kahfi ayat 39. Imam Ibnu Katsir menafsirkan ayat tersebut dengan
mengatakan :”Ketika engkau masuk suatu kebun dan kau merasa takjub akan
keindahannya,mengapa engkau tidak memuji Alloh atas nikmat yang telah diberikan
kepadamu seperti nikmat harta dan anak keturunan yang tidak diberikan kepada
selain engkau dan mengapa kamu tidak mengucapkan masya’Alloh la quwwata illa
billah.
Dari Al-Qur’an:
1. Allah Ta’ala berfirman
dalam surat Yusuf melalui lisan Ya’kub AS, artinya, “(Dan Ya’kub berkata, “ Hai
anak-anakku janganlah kamu (bersama-sama) masuk dari satu pintu gerbang, dan
masuklah dari pintu-pintu gerbang yang berlain-lain; namun demikian aku aku
tiada dapat melepaskan kamu barang sedikitpun dar (takdir) Allah.” (Surat Yusuf,
ayat: 67).
Ibnu Abbas dan beberapa ulama
salaf berkata, “Sesungguhnya Ya’kub takut kalau mereka terkena ‘ain, yaitu
karena mereka mempunyai wajah-wajah yang tampan dan postur tubuh yang bagus dan
wibawa, maka Ya’kub mengkhawatirkan kalau orang-orang mencederai mereka dengan
matanya, karena ain memang ada. (Tafsir Ibnu Katsir (2/484)
2. Dan Allah Ta’ala berfirman,
artinya, “Dan sesungguhnya orang-orang kafir itu benar-benar hampir
menggelincirkan kamu dengan pandangan mereka, tatkala mereka mendengar Al-Qur’an
dan mereka berkata, “Sesungguhnya ia (Muhammad) benar-benar orang yang gila.”
(QS. al-Qalam: 51-52)
Ibnu Abbas dan lainnya
berkata, “Menggelincirkan kamu.” Maksudnya menembusmu dengan pandangan mereka,
yaitu menatapmu dengan mata ‘ain mereka. Al-Hafizh Ibnu Katsir menyebutkan
bahwa ayat ini menunjukkan tentang kebenaran dan keberadaan ain, serangan dan
pengaruhnya adalah terjadi dengan perintah dan kehendak Allah. Dan itu lebih
dahulu ditetapkan oleh Al-Hafizh Al-Qurthubi dalam tafsirnya (Lihat Tafsir Ibnu
Katsir 4/408, Ath-Thabari 16/165, dan Ruhul Bayan 29/127).
(2-al-baqara: 109)
(113-al-falaq: 5)
(88 – Al – Gasyiyah: 12)
(113-al-falaq: 5)
(88 – Al – Gasyiyah: 12)
1. Dari Abu Hurairah RA, dia
berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda, “Ain adalah haq.” (HR al-Bukhari dan Muslim)
bersabda, “Ain adalah haq.” (HR al-Bukhari dan Muslim)
2. Dari Aisyah RA bahwa Nabi
Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ”Berlindunglah kamu kepada Allah dari
‘ain, karena sesungguhnya ’ain adalah benar adanya/ haq.” (HR Ibnu Majah (3508)
dan ia adalah shahih).
3. Dari Ibnu Abbas RA, dia
berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Ain adalah benar
adanya, seandainya ada sesuatu yang dapat mendahului takdir, tentu ain telah
mendahuluinya, dan jika kamu diminta untuk mandi, maka hendaklah mandi.” (HR.
Muslim). Maksudnya jika salah seorang di antara kamu diminta untuk mandi oleh
saudaranya muslim yang lain, karena dia terkena ain, maka hendaklah dia
memenuhi permintaannya dan mandi karena permintaannya tersebut.
4. Dari Asma’ binti Umais
Radhiyallahu ‘anha, dia berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya Bani Ja’far
terkena ‘ain. Bolehkan saya meruqyah mereka?” Lalu Rasulullah berkata, ”Ya,
seandainya ada sesuatu yang bisa mendahului qadha (keputusan Allah) tentu ‘ain
telah mendahuluinya.”( HR. Ahmad (6/438) dan at-Tirmidzi (2059) dan dia
berkata, “Ini adalah hadits hasan shahih”)
5. Dari Ibnu Abbas
Radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Ain
adalah benar dapat menjatuhkan orang yang berada di atas.” (HR. Ahmad,
ath-Thabrani dan al-Hakim dan ia adalah hadits hasan). Maksudnya pengaruh ‘ain
dapat menjatuhkan orang dari atas gunung (tempat) yang tinggi.
6. Dari Jabir RA, dia berkata,
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Ain dapat memasukkan
seseorang ke dalam kuburan, dan dapat memasukkan unta ke dalam panici.” (HR.
Abu Nu’aim dalam al-Hilyah dan al Albani mengatakan hadits hasan dalam Shahih
al-Jami’ no. 4023). Maksudnya bahwa ‘ain dapat mengenai seseorang lalu
membunuhnya sehingga ia mati dan dimakamkan di dalam kubur, dan dapat mengenai
unta sampai hampir mati, lalu disembelih dan dimasak di dalam panci.
7. Dari Jabir bin Abdullah
Rhadhiyallahu ‘anhu, dia berkata, “Rasulullahshallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda, “Kebanyakan orang yang mati dari umatku setelah keputusan Allah dan
takdir-Nya adalah karena ‘ain.” (HR. al-Bukhari dan lainnya)
8. Dari Aisyah Rhadiyallahu
‘anha, dia berkata, “Rasulullah ]Shallallahu ‘alaihi wasallam pernah menyuruh,
supaya aku meruqyah (menjampi diri) dari ‘ain” (HR. al-Bukhari (10/170) dan
Muslim, no.2195).
Hadits-hadits seperti ini
sudah terkenal dan telah dimaklumi, dan apa yang kami sebutkan insya Allah
sudah cukup.
Bagaimana Menjaga Diri dari
Sihir dan ‘Ain
1. Tawakkal kepada Allah
Subhanahu wata’ala. Inilah penolakan bencana yang paling bermanfaat. Allah
Subhanahu wata’ala berfirman, “Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah
niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.” (QS.ath-Thalaq: 3)
2. Mengikuti perintah-perintah
Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Rasulullah saw bersabda, “Jagalah
(agama) Allah niscaya Allah akan menjagamu.” (HR. at-Tirmidzi)
3. Banyak dzikrullah dengan
membaca al-Qur’an, bertasbih, tahmid, tahlil (membaca la ilaha illallah),
takbir, istighfar, membaca shalawat Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam.
4. Membaca ayat kursi ketika
hendak tidur dan seusai shalat fardhu.
5. Membaca surat al-Baqarah
karena setan lari dari rumah yang dibacakan di dalamnya surat al-Baqarah.
6. Membaca dua ayat terakhir
dari surat al-Baqarah.
7. Dzikir-dzikir teratur
ketika pagi dan sore, ketika datang ke rumah dan masuk dan keluar rumah, naik
kendaraan dan lain-lain.
8. Membacakan kalimat
perlindungan pada anak anak sebagaimana Rasulullah saw memintakan perlindungan
kepada Allah untuk al-Hasan dan al-Husain
9. Memperbanyak ta’awudz,
dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna.
Mengobati Orang Tertimpa ‘Ain
1. Menjampi diri sendiri
dengan ayat-ayat al-Qur’an dan do’a-do’a yang berkaitan dengan kesembuhan
(dapat dirujuk dalam kitab-kitab do’a dan adzkar, red) atau dijampi orang lain.
2. Meminta mandi kepada orang
yang dikira penyebab ‘ain (mata jahat) karena sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi
wasallam, “Ain itu benar adanya, dan seandainya ada sesuatu yang mendahului
takdir maka ‘ain itu telah mendahuluinya, dan apabila kalian diminta mandi maka
mandilah.” (HR. Muslim). Sifat mandi seperti yang ada dalam hadits yakni orang
yang menjadi peyebab ‘ain diminta berwudhu lalu membasuh muka dan dua tangan
sampai siku dan dua lutut dan memercikkan bagian dalam kainnya kemudian sisa
air diguyurkan kepada orang yang terkena ‘ain. Dalam perkataan lain sisa air
wudhunya diguyurkan kepada yang terkena ‘ain secara tiba-tiba dari belakang.
(Abu Ahmad Kholif Mutaqin)
Dalam satu hadis juga ada
menceritakan kisah seorang Sahabat yang bernama Sahl bin Hunaif sedang mandi,
lalu seorang Sahabat yang lain yang bernama ‘Aamir bin Rabi’ah berjalan
melewatinya yang sedang mandi. Apabila ‘Aamir ternampak kulit Sahl yang putih
dan cantik itu, beliau terus berkata dengan penuh kagum : “Demi Allah, aku
tidak pernah melihat (sesuatu) seperti yang aku nampak hari ini hatta tidak
seperti kulit hamba perempuan!”. Lalu Sahl terus jatuh pengsan. Maka Nabi
shallallahu ‘alayhi wa sallam datang kepada ‘Aamir dan dengan marah Baginda
shallallahu ‘alayhi wa sallam berkata : “Untuk apa kamu hendak membunuh
saudaramu? Apakah kamu tidak mendoakan keberkatan baginya? Mandilah untuk
dia!”. [Diriwayatkan oleh al-Imam Malik; al-Arna-uth berkata : Perawinya semua
dipercayai]
Inilah kisah benar yang pernah
terjadi di zaman Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam dan kita tidak boleh
mengingkarinya. Sesungguhnya Allah telah menciptakan kekuatan pada tubuh badan
kita, sebagai contoh; tangan boleh menumbuk, kaki boleh menyepak dan mulut
boleh berkata. Maka begitu jugalah roh ataupun spiritual kita mempunyai
kekuatan yang boleh memudaratkan. Spiritual boleh memberi kesan kepada fizikal
kita, contohnya lihatlah bagaimana muka seseorang itu boleh bertukar menjadi
merah apabila dia marah atau malu kepada seseorang. Semua itu adalah kesan
spiritual kepada badan.
Ciri-Ciri Ain pada orang
dewasa
TANDA-TANDA KORBAN PANDANGAN MATA JAHAT :
TANDA-TANDA KORBAN PANDANGAN MATA JAHAT :
1.Ngantukan dan selalu ingin
tidur
2.Kerjanya ingin “ngulet”
seperti orang yang baru bangun tidur
3.Rasa lemah dan berat di
bagian tubuh secara menyeluruh atau di salah satu bagian dari kedua betis
4.Banyak mengeluarkan
keringat, terutama di daerah kening dan punggung
5.Orang yang dipandang sering
merasa mual dan muntah tanpa sebab
6.Mengalami rasa mulas yang
berkepanjangan dan diare tanpa sebab medis
7.Banyak mengeluarkan air liur
dan terkumpul di mulut
8.Banyak bersendawa
9.Orang yang kena pandang
kadang sering ingin merasa menangis tanpa sebab
10.Rasa dingin di ujung-ujung
bagian tubuh, terutama tangan dan kaki
11.Rasa cekot-cekot di bagian
ujung tubu
12.Rasa gatal di seluruh tubuh
atau di sebagian saja
13.Denyut jantung tak
beraturan dan terkadang berdegup sangat kencang
14.Rasa panas di badan,
seperti demam, dan kadang hanya pada di bagian ujung tubuh saja
15.Mata berkedip cepat, tidak
kuat melek lama
16.Melihat banyak mata
memandang ke arahnya, baik di dalam mimpi maupun ketika sadar
17.Ketika mendengar ayat-ayat
al-Qur’an, terutama ayat ruqyah, ia akan sering menguap dengan mengularkan air
mata
18.Nyeri di bagian punggung
bawah dan rasa berat di kedua pundak
19.Marah yang tak wajar,
stress tanpa sebab, gundah tanpa sebab, dan yang semacamnya
20.Sangat sulit konsentrasi
dalam pekerjaan dan pelajaran
21.Mogok kerja atau mogok
masuk kelas tanpa alasan yang jelas
22.Tidak bisa berdiam diri,
kadang kaki selalu ingin gerak
23.Insomnia
24.Tidak betah di rumah,
seakan terpenjara dan tersiksa di dalam rumah, atau malah sebaliknya
25.Sering bermimpi yang
berkaitan dengan mata, atau dalam kasus lain berupa ular
Untuk menangkal al-‘Ain,
istiqomahkan dzikir pagi dan petang, terutama ayat kursi dan 3 qul…
Bisa juga dengan mengkonsumsi kurma ajwa di setiap pagi…
Bisa juga dengan mengkonsumsi kurma ajwa di setiap pagi…
Semoga Allah melindungi kita
dari segala keburukan makhluk-NYA…
Sheikh al hibishi mengatakan: Bahwa al ‘ ayn memiliki sejumlah kekuatan perusak .A’in Ini memiliki pengaruh di segala bidang kehidupan orang atau agama dunia, indra atau karakter moral. Beberapa efek yang di simpulkan ada bawah ini:
Sheikh al hibishi mengatakan: Bahwa al ‘ ayn memiliki sejumlah kekuatan perusak .A’in Ini memiliki pengaruh di segala bidang kehidupan orang atau agama dunia, indra atau karakter moral. Beberapa efek yang di simpulkan ada bawah ini:
Efek pikiran:
IQ, kecerdikan, memori, kemampuan untuk fokus, pengertian dan assimilation.
IQ, kecerdikan, memori, kemampuan untuk fokus, pengertian dan assimilation.
Efek di mata pencaharian:
Pendapatan kekayaan, dll.
Pendapatan kekayaan, dll.
Berpengaruh pada kecantikan:
Rambut, wajah, warna kulit, tubuh, dll.
Pengaruh pada agama: Menyembah, kerendahan hati, karakter, integritas, dll.
Rambut, wajah, warna kulit, tubuh, dll.
Pengaruh pada agama: Menyembah, kerendahan hati, karakter, integritas, dll.
Berpengaruh pada moralitas
orang: Kesopanan, kebenaran, sopan santun, moral, kerendahan hati,
karakteristik yang baik dll.
Berpengaruh pada pernikahan
dan kehidupan keluarga: Kebahagiaan, efek antara pasangan, kehamilan,
melahirkan dan miscarriages, meningkatkan dan mencintai anak-anak dll.
Berpengaruh pada usia:
Umur panjang, usia relatif terhadap penampilan, kematian, kuburan bermain.
Umur panjang, usia relatif terhadap penampilan, kematian, kuburan bermain.
Berpengaruh pada tubuh:
Power, kecepatan dan aktivitas, kesehatan dan kesejahteraan, misalnya kemampuan memasak dll.
Power, kecepatan dan aktivitas, kesehatan dan kesejahteraan, misalnya kemampuan memasak dll.
Berpengaruh pada peternakan:
Unta (lihat hadis), Menurunkan burung dari langit dll.
Efek pada tanaman, pohon-pohon
dan buah-buahan: Kerusakan, bakar, ripeness shrivel dan mati, dll.
Berpengaruh pada benda tak
bernyawa: Mobil, semua jenis perangkat, emas, wanita kosmetik aplikasi, atau
produk-produk dll.
Sumber:
2. As-Sihru wal “Ainu Wa ar-Ruqyah Minhuma, Syaikh Fahd bin Sulaiman al-Qadhi.
3. Ust. Muhammad Faizar status fb
4. Sheikh Abd Rahaman status fb
Abi Faqieh elwasafy
Ruqyah Quranic Solution Bekasi Jawa barat
Whatsaap ; 0817 6866 747
Tidak ada komentar:
Posting Komentar